Aku sempet berkali-kali salah sebut angkatan 2017 padahal
jelas-jelas masuk PTK tahun 2018. Jujur saja aku tidak pernah mau ini tapi
semua orang memiliki alasan-alasan yang tidak dapat disebutkan atas keputusan-keputusan
di dalam hidupnya, termasuk ketika harus masuk PTK. Tahu anak kecil yang
ngambek ketika udah dikasih permen tapi pas mau dibuka ibunya bilang “jangan
nak nanti gigimu ompong”. Jadi setahun aku enggak ngapa-ngapain, ikut
organisasi enggak, kepanitiaan apalagi, sempet diajak ikut cerdas cermat islam ngeles
kemana-mana.
“aku iki opo pantes to mlebu PTK nek ndelok soko modelku koyok
ngene, gak kenek diatur, nek ngomong ngawur, sak karepe dewe. aku i arek PTN
sejati, kuliah ae setengah semester mbolos gara-gara salah kelas, kuliah
karepmu ra kuliah karepmu adalah jalan ninjaku”
Setahun dilewati bersama keluarga kecil ‘kandang puma’ yang
selalu engkel-engkelan siapa yg korah-korah hari ini. Geng kehancuran yang
dipersatukan oleh kos-kosan organda kamadiri. Bagusnya meskipun sering
misuh-misuh tetep mau sholat jamaah meskipun (lagi) harus engkel-engkelan lagi
siapa imamnya. Aku sudah katam hidup di asrama tapi baru ini merasakan
kekeluargaan. Nyatanya gak pernah tuh aku merasa kesepian, kalau ditinggal bu
nopi tinggal nimbrung di kamar janu buat gosip, atau ke kamar martha ngobrol ngalor ngidul
dari politik sampai masalah pribadi, atau ke kamar lili numpang tidur karena hawanya
paling enak.
Jogja memang tempat yang baik untuk merantau, tapi kalau
untuk bener-bener tinggal disana pikir-pikir lagi deh. Nawal pernah bilang “nek
gak ketrimo yowes panggah kuliah lho zuh, ngko awakmu mutung?” (koyok paling
ngerti ae arek iki nek aku mutungan 😊)
Padahal I always expected to be accepted in 'situ' semenjak
SMP. ibaratnya sudah kutumbalkan semua wishlist-ku untuk masuk disitu, ketrima pertukaraan
pelajar enggak, ikut banyak olim ga malah menang malah uang saku terancam, ikut
kejurda karate setengah badan lebam menang enggak, ikut organisasi selalu bosen
ditengah jalan, alih-alih jadi ranking satu dikelas pencapaian tertinggiku
hanya diposisi kedua yang nyaris hanya diketahui oleh guru BK. Gakpapa wes aku gagal,
pokoke aku kuliah masuk 'situ'.
Suatu ketika nabung buat beli motor biar bisa les di luar mahad,
kenapa enggak bawa sepeda saja? gakmau! udah pernah nyoba tapi tetep males
hehe. Tapi lagi-lagi uangnya harus buat tumbal persiapan SBMPTN karena biayanya
lumayan mahal. Setelah setahun jadi gendeng ngambis gak malah pinter makin
tersadar betapa goblok-nya aku, mana bisa aku masuk 'situ'.
But above all, I’m only human. Aku percaya manusia memang bisa
menentukan dan Tuhan yang merestui. Aku teringat ucapan Lala di channel Gretta
: Ibaratnya saat ini kamu sedang mencari tahu siapa dirimu. Caranya cari tahu adalah dengan
cari tahu apa yg Tuhan mau di dalam hidupmu? Yaitu dengan mencoba
melakukan apa yang pengen kamu kejar, sama lihat direstuin sama Dia apa enggak?
dilancarin apa enggak sama Dia. Ini satu hal yang aku gak aku coba, dilancarin
sama Dia, padahal aku gak minta, gak naruh target, gak bermimpi untuk hal ini.
Tiba-tiba dikasih sama Tuhan, jadi ini berkat.
Satu tahun tanpa pencapaian? kurasa enggak juga, disini aku
belajar sabar, belajar menerima, belajar hati-hati kalo ngomong, belajar mikir
sebelum bertindak. Yaaa meskipun hasilnya masih gini-gini aja. But that year,
I almost didn’t have a serious problem and I could not count the happiness that
I got. Sampai ketika bapakku bilang kenapa IPK-mu cuma 3,8 akhirnya aku bisa menjawab: Pak, aku udah gak pengen serba materialistik, aku cuma pengen jadi manusia yang
baik dan menjadi manusia yang nyaman bagiku.
Kata mereka keluarlah dari zona nyaman, lantas bagaimana jika aku terlalu lama keluar dari zona nyaman?
Santai saja, Sambil nyantai toh nanti juga bisa sambil berprestasi. hehe
Kata mereka keluarlah dari zona nyaman, lantas bagaimana jika aku terlalu lama keluar dari zona nyaman?
Santai saja, Sambil nyantai toh nanti juga bisa sambil berprestasi. hehe
0 komentar:
Posting Komentar