Selasa, 02 Juni 2020

One year without achievement


Aku sempet berkali-kali salah sebut angkatan 2017 padahal jelas-jelas masuk PTK tahun 2018. Jujur saja aku tidak pernah mau ini tapi semua orang memiliki alasan-alasan yang tidak dapat disebutkan atas keputusan-keputusan di dalam hidupnya, termasuk ketika harus masuk PTK. Tahu anak kecil yang ngambek ketika udah dikasih permen tapi pas mau dibuka ibunya bilang “jangan nak nanti gigimu ompong”. Jadi setahun aku enggak ngapa-ngapain, ikut organisasi enggak, kepanitiaan apalagi, sempet diajak ikut cerdas cermat islam ngeles kemana-mana.

“aku iki opo pantes to mlebu PTK nek ndelok soko modelku koyok ngene, gak kenek diatur, nek ngomong ngawur, sak karepe dewe. aku i arek PTN sejati, kuliah ae setengah semester mbolos gara-gara salah kelas, kuliah karepmu ra kuliah karepmu adalah jalan ninjaku”

Setahun dilewati bersama keluarga kecil ‘kandang puma’ yang selalu engkel-engkelan siapa yg korah-korah hari ini. Geng kehancuran yang dipersatukan oleh kos-kosan organda kamadiri. Bagusnya meskipun sering misuh-misuh tetep mau sholat jamaah meskipun (lagi) harus engkel-engkelan lagi siapa imamnya. Aku sudah katam hidup di asrama tapi baru ini merasakan kekeluargaan. Nyatanya gak pernah tuh aku merasa kesepian, kalau ditinggal bu nopi tinggal nimbrung di kamar janu buat gosip, atau ke kamar martha ngobrol ngalor ngidul dari politik sampai masalah pribadi, atau ke kamar lili numpang tidur karena hawanya paling enak.

Jogja memang tempat yang baik untuk merantau, tapi kalau untuk bener-bener tinggal disana pikir-pikir lagi deh. Nawal pernah bilang “nek gak ketrimo yowes panggah kuliah lho zuh, ngko awakmu mutung?” (koyok paling ngerti ae arek iki nek aku mutungan 😊)

Padahal I always expected to be accepted in 'situ' semenjak SMP. ibaratnya sudah kutumbalkan semua wishlist-ku untuk masuk disitu, ketrima pertukaraan pelajar enggak, ikut banyak olim ga malah menang malah uang saku terancam, ikut kejurda karate setengah badan lebam menang enggak, ikut organisasi selalu bosen ditengah jalan, alih-alih jadi ranking satu dikelas pencapaian tertinggiku hanya diposisi kedua yang nyaris hanya diketahui oleh guru BK. Gakpapa wes aku gagal, pokoke aku kuliah masuk 'situ'.

Suatu ketika nabung buat beli motor biar bisa les di luar mahad, kenapa enggak bawa sepeda saja? gakmau! udah pernah nyoba tapi tetep males hehe. Tapi lagi-lagi uangnya harus buat tumbal persiapan SBMPTN karena biayanya lumayan mahal. Setelah setahun jadi gendeng ngambis gak malah pinter makin tersadar betapa goblok-nya aku, mana bisa aku masuk 'situ'.

But above all, I’m only human. Aku percaya manusia memang bisa menentukan dan Tuhan yang merestui. Aku teringat ucapan Lala di channel Gretta : Ibaratnya saat ini kamu sedang mencari tahu siapa dirimu. Caranya cari tahu adalah dengan cari tahu apa yg Tuhan mau di dalam hidupmu? Yaitu dengan mencoba melakukan apa yang pengen kamu kejar, sama lihat direstuin sama Dia apa enggak? dilancarin apa enggak sama Dia. Ini satu hal yang aku gak aku coba, dilancarin sama Dia, padahal aku gak minta, gak naruh target, gak bermimpi untuk hal ini. Tiba-tiba dikasih sama Tuhan, jadi ini berkat.

Satu tahun tanpa pencapaian? kurasa enggak juga, disini aku belajar sabar, belajar menerima, belajar hati-hati kalo ngomong, belajar mikir sebelum bertindak. Yaaa meskipun hasilnya masih gini-gini aja. But that year, I almost didn’t have a serious problem and I could not count the happiness that I got. Sampai ketika bapakku bilang kenapa IPK-mu cuma 3,8 akhirnya aku bisa menjawab: Pak, aku udah gak pengen serba materialistik, aku cuma pengen jadi manusia yang baik dan menjadi manusia yang nyaman bagiku.

Kata mereka keluarlah dari zona nyaman, lantas bagaimana jika aku terlalu lama keluar dari zona nyaman?

Santai saja, Sambil nyantai toh nanti juga bisa sambil berprestasi. hehe

0 komentar:

Posting Komentar