Sabtu, 01 September 2018

MENINGGALKAN UGM




Cerita ini akan ku awali dengan cuplikan kiriman yang dikirim seseorang di Draft Sms UGM (DSU). Mungkin sebagian dari kalian mahasiswa/i UGM yang menyukai curhatan-curhatan nylenik  bin koplak tidak asing dengan OA line yang satu ini.

Sebenarnya sebelum kiriman tersebut mengisi DSU ada sebuah kiriman lain yang sedikit kurang menyenangkan mengenai STAN-UGM, yang sempat dua kali aku report  sampai aku kirim balik ke OA dan bicara dengan admin DSU, karena menurutku terlalu menyakiti salah satu dari kedua instansi tersebut.

Baik, disini aku akan sedikit bercerita. Kilas balik kehidupanku setahun yang lalu.

Tahun 2017 aku diterima sebagai salah satu mahasiswa baru universitas terbaik di Indonesia, yaitu UGM. Jika bertanya apakah aku benar-benar serius pengen kuliah disana akan kujawab pasti. Bahkan sejak SMP, saat mungkin beberapa dari kalian masih meributkan tentang aljabar, aku sudah mengagumi dan bermimpi-mimpi betapa bangganya jika nanti aku bisa kuliah disana. 

Yang terjadi setelah itu aku masuk di Madrasah Aliyah Negeri. Sedikit banyak aku underestimate dengan madrasahku ini. Jujur saja Di daerah asalku Nganjuk, madrasah dipandang sebagai sekolah buangan, anak-anak yang memiliki nilai UN/ Danem rendah-rendahlah yang masuk kesana. Tetapi aku ada di salah satu madrasah terbaik di Jawa Timur yang seleksinya diikuti sekitar 1300 siswa/i dan hanya dijaring sekitar 400-an dan semuanya tes tertulis. Terlihat bagus memang daripada SMA-SMA lain di Kota kediri yang saat itu seleksi masuk hanya menggunakan hasil nilai UN/danem, namun pikiranku membaca bagus bukan hanya dari SDM tetapi menurutku fasilitas dan sistem yang buruk masih bisa kukoreksi disini. Jauh berbeda dengan SMP-ku yang pernah menjadi (mantan) RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional.  

Padahal kalaupun mau masuk ke SMA favorit di Nganjuk saja aku bisa dengan hasil nilai UN-ku yang sangat CUKUP baik menurutku. Namun saat itu, mau bagaimana lagi coba-cobaku berhasil masuk dan orang tua menyuruhku untuk mengambil itu.  Image yang buruk, menyesal, kecewa, merasa down sangat kualami saat itu, jujur. Aku semakin syok  saat semester pertama aku dapat peringkat 26 dari 40 siswa/i. 

Cukup curhatnya. Singkatnya setelah itu...

 Aku kembali mencari-cari informasi mengenai universitas idamanku ini. Aku sering sekali mengunjungi website-nya. Saat itu aku mulai menjelajah youtube. Lalu aku menemukan video PPSBM UGM tahun 2014 (kalau tidak salah. Pokoknya yang ada formasi garuda pencasilanya.) Disitu pertama kali melihat air mataku menetes. Aku seperti mengalami kerinduan pada sesuatu yang belum pernah aku miliki, yang bahkan aku sendiri saja tidak tahu UGM itu disebelah mananya jogja(hm). Opening videonya saja membuatku Merinding. Betapa istimewanya kampus ini. Aku bisa merasakan bahwa itulah tempatku nanti.
Keinginanku sederhana. Aku ingin membayar rasa kecewaku ini dengan rasa bangga menjadi bagian dari gadjah mada muda. 

Setelah keadaan psikologis dan akademis mulai membaik kembali aku memompa diri. Setiap kali melihat spanduk di depan madrasah yang menampangkan nama-nama lulusan  madrasahku yang masuk PTN, aku selalu berdoa “ya allah semoga nanti namaku tertulis disana masuk dalam barisan  Universitas Gadjah Mada”. Setiap pergi dan pulang dari masjid madrasah sampai ke ma’had melewati spanduk itu selalu aku selalu bersholawat dalam hati. Ya allah UGM ya allah. Sampai doa ter-mainstreamku kepada gusti ku panjatkan.

“ya allah kula mboten napa-napa nek mboten menang kejurda karate, kula mboten napa-napa nek mboten menang lomba-lomba olimpiade bahasa inggris, kula mboten napa-napa nek kula mboten lolos Student Exchange AFS-Yes, kula mboten napa-napa nek kula mboten saget betah teng ekstrakulikuler, sing penting kula nyuwun restune njenengan paringi kula setunggal kursi teng UGM mawon ya allah”

Dari awal kelas 3, aku rajin memantau web UGM. Aku daftar jalur PBUSMAK dan PBUTM. Aku sudah lupa aku memilih apa pada saat itu. Namun hasilnya aku gagal. Justru teman dekatku yang lain diterima lewat jalur itu. aku sempat menyesali itu.

Menjelang snmptn. Aku memberanikan diri untuk memilih sesuatu yang sangat konyol yaitu Sastra Inggris UGM, yang murni berbekal tawakkal. Jalur snmptn memang sangat tidak menjanjikan, pilihanku terkesan bunuh diri karena jurusanku adalah saintek dan Sasing masuk kedalam ranah soshum.

Ketika pengumuman lagi-lagi aku Gagal. Tapi tenang, Aku sangat baik-baik saja :) aku masih bisa meminum susu milo dingin segelas besar sekali tenggak dengan tertawa lepas.  Seketika itu juga aku daftar SBMPTN, kupilih UGM sebagi pilihan pertama dan UB pilihan kedua. (I won't give up on you, I said I do)

Saat itu, aku ikut-ikutan daftar STAN karena aku adalah orang yang percaya bahwa rezeki harus dijemput dan salah satunya adalah cara mencoba hal lain selain yang kuinginkan. Aku sempat berdoa sebelum tes STAN. Jika memang ini bukan jalanku, semoga aku gagal di seleksi tahap pertama. Namun yang terjadi aku justru lolos tahap pertama. Sedangkan tes tahap kedua adalah hari sebelum aku perang SBMPTN merebutkan UGMku. Untung saja keduanya bertempat di kota yang sama yaitu di Malang.

INI ADALAH PERJUANGAN

Aku berangkat kesana naik bis sendirian ( santai aku sudah terbiasa sendiri kemana-mana apalagi malang mah masih terhitung dekat ;) ) tapi hari itu berbeda, aku sendiri dan di bis berdiri dari kediri sampai malang, bayangkan. Betapa lelahnya 4 jam dengan jalan yang berkelok-kelok dan sangat memabukkan. Sampai di malang ternyata kos kakak kelas yang mau aku inepin adalah di dekat kampus UII (masih dekat daerah Batu) dan kosnya bisa dibilang dibawah sungai, sangat sangat dingin.  terkena dingin yang berlebihan  aku terserang flu. Padahal Besoknya aku harus tes kesehatan dan fisik untuk STAN dan lusa aku harus tes SBMPTN. Bermodal mixagrip yang diberikan kakak kelasku aku tidur berharap fisik akan lebih baik. Dan sedikit manjur, alhamdulillah esoknya flu berkurang dan aku menjalani tes tahap dua dengan lancar walaupun sangat melelahkan. Pulang ke tempat penginapan aku istirahat, sorenya masku yang kuliah di pasuruan sempat ke malang menengokku dan  mengantarkanku untuk cek lokasi tes untuk besok SBMPTN. (Gobloknya) malamnya aku menonton film horor sampai jam 23.00. dan yang terjadi paginya aku meriang hebat. Badanku panas, flu tambah parah, suaraku bindeng, tapi aku harus berangkat SBMPTN.

COBAAN SEBELUM PERANG

Andai kalian tahu betapa macetnya malang saat itu, pasti kalian tidak ingin hidup di malang selama-lamanya, padahal hari itu masih pagi. Aku berangkat pagi-pagi jam 6 dan sampai pukul 6.45. Di kartu ujianku aku tes di gedung FIS UM ruang 304 kalau tidak salah. Aku diantar kakak kelasku ke gedung yang kemarin telah ku survei dengan masku, yaitu gedung fisika. Setelah aku disana.. ternyata namaku tidak ada!. Panik dalam diam. Aku mencoba kalem dan menanyakan kepada pak satpam disana. Betapa terkejutnya aku ternyata maksud dari gedung FIS adalag gedung Fakultas Ilmu Sosial dan gedung itu letaknya di belakaang pojok kampus, jauhh dari titik aku berdiri saat itu.

LARI.. LARI.. LARI..

Sampai ke gedung tersebut. Liftnya PENUH. Aku naik tangga sampai ke lantai 3. Ngos-ngosan pasti. Disana aku sudah disamput ibu-ibu berkalung panitia dan dipandu keruanganku, disana tinggal aku saja yang belum datang. Pukul 7.00 pas. AJAIB kan? Masih meragukan kemampuan lariku?.
Saat ibu-ibu panitia membacakan tata tertib dan membagikan lembar jawaban, aku sedikit-sedikit menenangkan diri. Membaca doa dan mengerjakan sebisaku. Karena saat itu aku sakit, (Meriang, panas, flu, pilek) Ditengah-tengah ujian aku tidak bisa menahan ingusku yang terus keluar. Mungkin ini akan terdengar sedikit  menjijikkan dan goblok, ingusku jatuh di kertas jawaban ujian. Aku kebingungan, akhirnya kututupi dengan jilbabku. Salah satu ibu panitia memperhatikanku dan menghampiriku. Menanyakan ada apa, aku bilang aku flu dan hidungku sudah overload ingus sampai jatuh ke kertas. Sesaat kupikir ibunya akan marah padaku. Tapi tidak, beliau menempelkan tangannya ke kepalaku dan berkata “badanmu panas. kamu sakit? Bawa tisu tidak?” saat itu air mataku keluar.  Aku tidak siap untuk ujian ini. Ibunya pergi lalu datang membawakanku tisu dan lembar jawaban baru. Dalam keadaan seperti itu, kalian tahu sendirilah yang kukerjakan pasti tidak maksimal. Aku pasti gagal SBMPTN.

Hasil pengumuman tes STAN aku lolos tahap 2 lanjut ke tahap terakhir yaitu tahap 3 tes kemampuan dasar yang katanya paling susah. Karna aku yakin sbmptnku pasti gagal aku mencoba memaksimalkan tes ini. Kubawa bapakku ikut tes ke malang karena aku tidak ingin meratapi kesendirianku di bis sendirian mengingat keadaanku kemarin di kota ini yang mengenaskan. Karena tes tahap 3 ini ada nilai matinya, hasil sementara aku lolos karena memenuhi nilai mati.

PENGUMUMAN AKHIR

UGM aku LOLOS, STAN aku GAGAL. Aku tidak menduganya. Aku sujud syukur dan ketidakmungkinan yang terkabul ini mungkin memang jalan yang terbaik bagiku.

DATANG KE KOTA PENUH KENANGAN.

Aku adalah seorang yang kosong ketika datang ke UGM. Aku bukan siapa-siapa saat datang di kota ini. Aku masuk di beasiswa asrama UGM Resident selama satu tahun. Ku syukuri itu. saat pertama kali masuk lewat gerbang depan UGM, air mataku menetes. One fine day,today, :) hingga saat PPSMB hatiku rasanya seperti terbayar. Aku suka tempat ini. Tidak ada kerusuhan, semuanya tertib, segalanya terstruktur, sistemnya sangat baik.

BAGIAN DARI MAHASISWA

Menjadi mahasiswa bukanlah hal yang mudah, apalagi di universitas berkelas UGM. Aku belajar membuat laporan, aku belajar membuat esai, aku belajar aktif di UKM, di HMJ, aku belajar menata jadwalku sendiri.

Aku belajar betapa pentingnya suatu laporan praktikum. Disana aku belajar mencari referensi, bagaimana membuat sitasi, bagaimana agar tidak melakukan plagiarisme, belajar membaca jurnal yang berlembar-lembar hanya untuk mencari satu kata kunci, belajar menerjemah jurnal internasional, belajar menulis laporan praktikum berlembar-lembar dengan tangan sendiri.

Di dalam satu tahun, aku tahu tentang kalkulus, tentang statistik, tentang praktikum fisika dasar yang pertemuan pertamanya kutangisi karna aku tak paham materinya sama sekali adalah praktikum yang paling mudah mendapatkan nilai A, tentang tanah yang setiap hari kuinjak-injak adalah disiplin ilmu yang paling susah diperjuangkan nilainya di fakultasku. Sampai aku terbiasa mengetik laporan beratus-ratus halaman dalam satu malam saat menulis laporan dasar-dasar Ekologi.  

Lebih banyak dari itu, aku tahu tentang IAAS, komunitas mahasiswa pertanian internasional sekelas AISEC. Disana aku tahu bagaimana membuat CV yang menarik, cara membuat Motivation Letter, dan beasiswa-beasiswa exchange yang bisa membalaskankan dendamku saat dulu aku tidak lolos AFS-Yes.

 Lebih dalam dari itu, aku belajar berjualan, aku belajar jaga kantin, aku belajar mengajar TPQ kepada anak-anak kecil di daerah pinggir sungai yang menguras kesabaran hati(kenapa? Karena kalau kamu tidak dipisuhi ya dipukul :) ). Aku belajar banyak hal termasuk mensyukuri air toyagama bisa milih panas/dingin dan gratis di fakultas, perpustakaan yang superduper lengkap bukunya, kuota internet 3gb perhari, gratisnya berobat di Gadjah MadaMedical Center (GMC), sepeda kampus yang bisa disewa selama setahun gratis, kurasa segala hal yang serba gratis disini pelu disyukuri. Termasuk buka gratis di masjid kampus saat bulan ramadhan. Memang benar kata orang-orang, segala hal telah tersedia disini. tinggal maksimalkan saja belajar tidak mungkin lulusan UGM tidak sukses.

Setahun bukanlah waktu yang singkat. Juga mungkin bukan waktu yang lama.
Aku ingin mengenal mereka lebih dalam lagi
Aku ingin koleksiku lebih banyak lagi
Aku ingin mendengar cerita-cerita unik tentang kota ini
Tapi sekarang sudah waktunya pamit
Terimakasih satu tahun
Mampirku disini tidak pernah sia-sia
Aku harap kalian mengingatku walau sedikit
Sebagai teman ataupun hanya sekelebat bayangan
Ingat aku pernah duduk disampingmu
Walau sengaja atau tidak

UGM selalu Istimewa
Meninggalkan UGM bukanlah hal yang membanggakan
Selalu ada kenangan yang tertinggal di kota Yogyakarta
Setelah segala perjuangan yang kulakukan demi mendapatkannya
Aku datang dengan baik-baik maka kini aku akan melepaskannya dengan baik-baik


Masih banyak yang ingin kuceritakan
Tentang tangisan di stasiun tugu
Tentang rebutan tempat duduk di malioboro
Tentang transjogja yang berputar-putar demi tujuan yang sesungguhnya sangat dekat
Tentang kertas merah berisi nilai 11, 26, 23
Tentang JCM dan kebangkrutan suatu acara yang kurang matang
Tentang hujan yang tak reda-reda di malam hari
Tentang sepeda kita berdua yang berjalan beriringan
Tentang pohon rambutan di rumah dosen
Tentang putaran joging di GSP
Tentang langit pagi dari lantai 2 asrama sagan
Dan tentangmu yang selalu kutunggu kedatangannya :)

Kepadamu : "izinkanlah aku untuk slalu pulang lagi, bila hati mulai sepi tanpa terobati"




3 komentar: